Ecadin

Apakah masyarakat indonesia setuju dengan pemanfaatan energi nuklir?

Ketika kita berbicara mengenai nuklir maka otomatis sebagian masyarakat membayangkan tentang kecelakaan Chernobyl, Fukushima. Atau mungkin bagi generasi yang berusia 40an ke atas mengkaitkan dengan perlombaan senjata nuklir di masa perang dingin Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berakhir pada awal 90an.

Bahkan kalau saya berbicara dengan kalangan TNI yang awam tentang teknologi nuklir, maka terkesan sebagian besar mereka langsung setuju karena dianggap memperkuat sistem persenjataan Indonesia. Namun ada juga kecenderungan sebagian lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berfokus pada perlindungan terhadap lingkungan untuk anti nuklir.

Tapi bagaimana masyarakat umum memandang energi yang dianggap beresiko ini?

Sejak 2010 sampai 2016, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melaksanakan kegiatan sosialisasi IPTEK nuklir ke banyak daerah di Indonesia.

Kegiatan tersebut biasanya dilakukan di samping dengan media campaign melalui TV, radio, seminar-seminar di perguruan-perguran tinggi, juga menggunakan model penyampaian varietas unggul tanaman pangan (padi, kedelai, sorgum, kacang hijau) hasil teknologi nukllir ke kelompok tani di berbagai daerah di Indonesia. Untuk diketahui, varietas unggul dari teknologi nuklir tersebut umumnya produktivitasnya tinggi dan usia panennya pendek.

Kegiatan promosi dan diseminatsi tersebut dilakukan sekitar Maret sampai September, kemudian pada bulan Oktober pada tahun yang sama dilakukan survei tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang teknologi nuklir oleh lembaga survei independen.

Dalam survei tersebut disisipkan jajak publik tentang persepsi mereka terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Respondennya 4000 orang yang tersebar di 30 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Survei tersebut cukup komprehensif menyangkut berbagai aspek teknologi nuklir. Namun artikel ini hanya membahas sebagian saja yang berkaitan dengan persepsi masyarakat tentang program PLTN.

Dari jajak tersebut menunjukkan bahwa dalam rentang periode 7 tahun, masyarakat Indonesia secara umum mendukung penggunaan energi nuklir. Kecuali tahun 2011, ketika terjadi kecelakaan Fukushima Daiichi Jepang, tingkat dukungannya di bawah 50%. Di tiga tahun terakhir survei, yaitu 2014 – 2016, bahkan tingkat dukungan masyarakat cukup tinggi, di atas 70%.

Alasan utama mereka mendukung penggunaan energi nuklir adalah menginginkan listrik yang murah dan terjamin kehandalannya. Ini mungkin menunjukkan pula bahwa, meskipun rasio elektrifikasi di seluruh Indonesia makin tahun makin baik, namun kualitas listrik yang diterima masyarakat masih menjadi tantangan.

Terkait latar belakang responden, secara umum tingkat pendidikan, usia, dan lokasi kota-desa, tidak berpengaruh terhadap tingkat dukungan. Meskipun begitu, laki-laki mempunyai kecenderungan mendukung sedikit lebih banyak dibanding perempuan.

Namun ada catatan menarik yang konsisten selalu muncul, dan mungkin perlu diketahui:

  1. Sebagian besar masyarakat menganggap kalau program PLTN disampaikan oleh Pemerintah Pusat (Presiden, Menteri, dan pimpinan lainnya), ada kecenderungan untuk percaya terhadap keputusan tersebut.
  2. Sebagian besar masyarakat juga punya kecenderungan bahwa kalau memang ada sumber energi lain (terutama energi terbarukan seperti hidro, matahari, dan panas bumi), maka nuklir bukan menjadi prioritas pillihan utama mereka.
  3. Masyarakat juga punya persepsi bahwa meskipun dampak positif energi nuklir besar, namun mereka juga khawatir dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan reaktor dan mempertanyakan pengelolaan limbah radioaktifnya.
  4. Di luar dugaan, sebagian responden mengetahui bahwa energi nuklir adalah energi bersih yang emisi karbonnya rendah.

Kesimpulannya apa?

Masyarakat Indonesia cukup logis dalam memandang isu PLTN. Dari survei ini menunjukkan bahwa meskipun dukungannya cukup kuat dari masyarakat, tetapi secara tersirat masyarakat menginginkan hal tersebut menjadi program nasional. Kemungkinan maksudnya adalah, program energi nuklir menjadi program yang melibatkan banyak Kementerian dan Lembaga, dan tidak seperti sekarang yang hanya dikerjakan oleh BATAN.

Di sisi lain masyarakat juga menginginkan bahwa pengoptimalan sumber energi terbarukan merupakan langkah tepat seiring upaya menuju pemanfaatan energi nuklir. Program nuklir akan berjalan lancar bila pengoptimalan bauran energi benar-benar terlaksana. Masyarakat Indonesia sebenarnya juga sangat rasional dalam memandang dampak penggunaan nuklir. 

Media massa sering berisi berita tentang masalah senjata dan kecelakaan nuklir, namun ketika masyarakat menganggap kebutuhan energi makin mendesak, dengan catatan memperhatikan faktor keselamatan yang ketat, maka dukungan pemanfaatan energi nuklir tetap besar.

Share this article

Related Articles