Ecadin

Baterai EV: Analisis Peluang Pasar dan Bisnis

Baterai EV
GAMBAR: AUTONETMAGZ.COM

Baterai EV (EV Battery) atau Baterai Kendaraan Listrik merupakan salah satu industri yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan saat ini. Untuk itu, peluang pasar dari sektor ini menjadi penting untuk dipahami lebih dalam oleh para pengembang. Berikut beberapa insight mengenai peluang pasar baterai EV berdasarkan pengalaman dari beberapa pengembang besar yang sudah mendalami industri ini.

GAMBAR: Dinger et al. (2010, p. 2)

Selayang Pandang Pengembangan Baterai EV oleh Perusahaan

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa pengembangan baterai EV diawali dengan tahap material processing, yang kemudian dilanjutkan dengan component production, cell production, module production, pack assembly, vehicle integration, dan recycling or second life. Pengembangan baterai EV juga dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan, terutama pada tahapan recycling or second life yang memungkinkan untuk dilakukannya ekstraksi dari material baterai bekas yang telah digunakan.

Walaupun merupakan bagian paling akhir dari proses pengembangan baterai EV, tahapan recycling or second life menjadi penting untuk dilakukan guna meminimalisir dampak negatif dari limbah baterai terhadap lingkungan. Tidak hanya itu, tahapan ini juga memanfaatkan  nilai ekonomis dari baterai bekas.

Baterai bekas yang telah dipakai dapat digunakan lagi untuk menyimpan energi baik untuk kebutuhan energi EV, rumah tangga, maupun lainnya. Tidak hanya itu, material penyusun baterai bekas seperti nikel, cobalt, atau mangan dapat diekstraksi kembali dari baterai bekas untuk digunakan kembali agar tidak mencemari lingkungan.

Di samping itu, pengembangan baterai EV juga melibatkan peran dari beberapa pihak, misalnya dalam tahapan material processing di mana banyak perusahaan yang terlibat di dalamnya seperti 3M dan Argonne National Laboratory. Selain itu, di dalam proses component production, cell production, module production, dan pack assembly, perusahaan seperti LG Chem, CATL, Tesla, dan Panasonic juga memiliki peran besar di dalamnya. Sementara itu, dalam tahapan vehicle integration dan recycling or second life, perusahaan seperti Tesla, Chevrolet, dan Nissan Leaf berperan sebagai pemain utamanya.

Berdasarkan riset dari Argonne National Laboratory, di tahun 1994 sudah dimulai riset mengenai baterai lithium secara umum. Kemudian pada tahun 1997 ditemukan komposisi baterai lithium NMC (Nickel Manganese Cobalt) yang kemudian di tahun 2007 dilisensikan kepada Toda Kogyo Corp. Setelahnya, baterai lithium mulai digunakan pada Chevy Volt di 2011 dan Bolt EV di 2017.

Pengembangan dari baterai EV tidak selalu dilakukan secara independen oleh suatu perusahaan. Sebagai contoh, LG Chem, CATL, dan Panasonic tidak selalu menggunakan formulasi baterai yang dibuat sendiri. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya mengambil lisensi penelitian yang sudah ada dan mengembangkannya secara mandiri. 

Business Opportunities

GAMBAR: UNSPLASH - DCBEL

Aspek bisnis dari pengembangan baterai EV melibatkan banyak proses terutama dalam aspek material, mulai dari mining, chemical purification, hingga packaging guna mendapatkan material dengan kualitas tinggi. Selain itu, pengembang juga melakukan tahapan performance improvement dari beberapa komponen baterai EV guna menghasilkan performa baterai yang baik.

Ada banyak sekali peluang bisnis yang ditawarkan dari proses pengembangan baterai EV ini. Sebagai contoh, saat ini berbagai perusahaan tengah berusaha membuat giga-factory–pabrik berskala raksasa– guna menekan biaya produksi baterai EV.

Contoh lain yaitu Tesla di Nevada, Amerika Serikat, memproduksi lithium untuk EV dan bekerja sama dengan Panasonic di Kanada. Mereka mengambil lithium dari kawasan Amerika Latin dan Australia. Setelah melewati proses mining, Tesla bekerja sama dengan Panasonic di Kanada untuk melakukan proses cell assembly.

Dengan proses yang panjang dan perjalanan yang jauh, akhirnya Tesla memutuskan untuk memotong proses tersebut guna mengurangi harga baterai. Selain itu, Tesla juga berhasil mendapatkan hak pengolahan atas sumber daya lithium yang ada di Nevada. Akhirnya, Tesla membangun cell manufacture mandiri. 

Peluang Pasar dari Baterai EV di Indonesia

GAMBAR: UNSPLASH - DCBEL

Mineral tersebar luas di Indonesia, namun pengolahannya masih sangat minim. Dengan partisipasi aktif dari berbagai stakeholders, Indonesia dapat memproduksi baterai EV secara mandiri. Walaupun demikian, perlu diperhatikan juga arah dari bisnis yang saat ini menjunjung tinggi green industry. Maka dari itu, pengembangan produksi baterai EV juga harus memperhatikan cara untuk meminimalisir dan mengatasi dampak negatif terhadap lingkungan.

Share this article

Related Articles