Ecadin

Potensi, Pemanfaatan, dan Riset Teknologi Biogas sebagai Sumber Energi Terbarukan

Potensi dan Peran Penting Teknologi Biogas

Untuk memenuhi kebutuhan energi, kita masih bergantung pada energi fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas. Kebutuhan akan minyak bumi mengakibatkan beban impor minyak mentah dan BBM yang sangat tinggi, sehingga Pemerintah harus merogoh kocek sebesar 42-50 juta USD.
Sementara itu persediaan gas alam kita yang terbatas juga semakin menipis. Berdasarkan outlook BPPT tahun 2019, tanpa adanya penemuan sumber gas baru, pada tahun 2027 Indonesia terancam berubah menjadi negara net importer gas.Subsidi BBM termasuk LPG juga dirasa sangat memberatkan, yang besarnya hingga mencapai Rp 75 Triliun. 

Di lain pihak, hingga saat ini, limbah cair pabrik kelapa sawit/Palm Oil Mill Effluent (POME) dibuang begitu saja dan masih belum dimanfaatkan menjadi biogas yang dapat digunakan untuk bahan bakar dan untuk membangkitkan listrik melalui biogas engine.
Perpres No. 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan suplai biogas sebesar 489,8 juta meter kubik demi tercapainya bauran energi EBT 23% pada tahun 2020.

Pengolahan POME menjadi biogas berkontribusi secara nyata terhadap beberapa aspek lingkungan hidup serta Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya poin ke 7 tentang Energi Bersih dan Terjangkau, 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim, dan 15 tentang Ekosistem Daratan.

Beberapa keuntungan pemanfaatan teknologi biogas adalah pengurangan potensi pencemaran lingkungan, pengurangan emisi gas rumah kaca,dan diperolehnya sumber energi terbarukan sebagai alternatif dari energi fosil.

Saat ini setidaknya terdapat sekitar 900 pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia. Pada umumnya, masing-masing pabrik memiliki kapasitas operasional sebesar 30, 45, dan 60 ton per jam tandan buah segar kelapa sawit. Untuk 3 kapasitas tersebut, daya listrik yang dapat dihasilkan dari biogas dari POME berturut-turut adalah 1 MW, 1,5 MW, dan 2 MW. Jika seluruh POME diproses menjadi listrik, potensi daya yang dapat dihasilkan adalah 1,5 GW. Dan jika biogas tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar, maka dapat dihasilkan bahan bakar gas yang setara dengan 2,6 juta ton LPG atau sekitar 45 % dari total impor LPG.

Selain dari POME, biogas dapat dihasilkan dari limbah atau sampah organik lainnya, seperti air limbah tapioka, air limbah proses produksi sagu, limbah cair dan padat industri agro lainnya, kotoran hewan (sapi) dari beberapa ekor sampai ribuan sapi, sampah organik dari pasar dan dari rumah tangga, eceng gondok, dan sebagainya.

Sumber: https://rimbakita.com/biogas/

Teknologi Biogas Skala Besar

Tipe reaktor biogas skala besar terbagi menjadi dua tipe utama, yaitu covered lagoon dan CSTR (Continuous stirred-tank reactor) atau reaktor berbentuk tangki. Masing-masing tipe memiliki variasi yang bermacam-macam terkait dengan bahan atau material reaktor yang dipakai, tipe sistem pengadukan, pre dan post treatment yang melengkapi reaktor biogas yang digunakan, dan juga pemanfaatan biogas yang dihasilkan.

Sebagai contoh, BPPT telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dari POME di Pabrik Kelapa Sawit Terantam PTPN V dengan kapasitas 700 kW. PLTBg tersebut menggunakan reaktor biogas tipe covered lagoon yang dilengkapi dengan sistem pengaduk tipe resirkulasi sehingga diharapkan produksi biogas dapat berjalan dengan optimal selama bertahun-tahun. 

Untuk meningkatkan kualitas biogas, pilot plant ini dilengkapi dengan unit pemurnian biogas berupa bio-scrubber untuk menurunkan komposisi gas pengotor H2S agar dapat diumpankan ke dalam mesin untuk menghasilkan listrik dengan aman. Listrik yang dihasilkan dipakai untuk Pabrik Kernel Oil (PKO) di kawasan Tandon.

Sumber: https://www.bppt.go.id/berita-bppt/plt-biogas-pome-olah-limbah-cair-sawit-menjadi-listrik

Teknologi Biogas Skala Kecil dan Menengah

Potensi penerapan teknologi biogas lainnya adalah pada skala kecil. Contoh klasik penerapan tersebut adalah biogas dari kotoran sapi, air limbah tahu/tempe, sampah organik dari pasar, sampah dapur atau sampah rumah makan.

Tipe digester terbagi pada fixed dome dan floating dome. Pada tipe floating dome, penutup reaktor berfungsi sekaligus sebagai penampung biogas.

Dari sisi material, digester biogas dapat dibuat dari bata atau beton, fibre dan juga dengan modifikasi bahan-bahan yang umum bisa didapat berupa tangki air atau tangki semacamnya yang dimodifikasi.

Digester biogas dapat dilengkapi dengan sistem pengaduk untuk mendapatkan kinerja digester yang lebih baik. Biogas skala kecil dan menengah pada umumnya digunakan untuk memasak, untuk pengeringan produk pertanian, untuk penerangan (lampu), dan juga untuk bahan bakar genset.

Menurut data Direktorat Bioenergi ESDM, saat ini di Indonesia sudah dibangun sekitar 47,5 ribu digester biogas, dengan asumsi bahwa semua digester biogas tersebut berfungsi dengan baik. Jumlah tersebut terlihat banyak, namun jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, Indonesia masih jauh tertinggal. India dalam setahun membangun lebih dari 65 ribu digester biogas, lebih tinggi dari jumlah digester biogas yang sudah kita bangun selama ini.

Dari total keseluruhan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki 42 juta digester biogas, diikuti dengan India dengan 12,3 juta dan Nepal dengan hampir 350 ribu digester biogas.

Arah Riset ke Depan

Teknologi Biogas masih bisa ditingkatkan. Potensi pengembangan teknologi biogas di masa mendatang adalah dengan memaksimalkan produksi biogas, salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi codigestion. Teknologi tersebut memungkinkan untuk mengolah tandan kosong kelapa sawit/EFB dan POME dalam satu sistem. Untuk ini perlu dilakukan pengembangan teknologi pretreatment dari EFB atau limbah padat organik lainnya.

Selain untuk listrik, diperlukan juga invoasi dan alternatif-alternatif dalam pemanfaatan biogas.Biogas juga dapat digunakan untuk cofiring pada boiler, dimana cangkang kelapa sawit dapat dihemat dan dijual. Melalui proses biogas upgrading,biogas diubah menjadi bio-methane (BioCH4) dan bio-CNG (Compressed Natural Gas) yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan bermotor dan untuk industri dengan distribusi menggunakan pembotolan maupun jaringan gas.

Tidak kalah pentingnya adalah riset pemanfaatan digestat atau cairan dan padatan sisa atau ampas dari reaktor biogas. Digestat, baik cair maupun padat, dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanah atau lahan untuk pertanian (fertilizer) sekaligus untuk mengurangi kebutuhan pupuk kimia.

Share this article

Related Articles