Ecadin

Pers Release INTPF 2022

Hampir ratusan penyedia teknologi dengan rekam jejak internasional terlibat dalam pengembangan ekosistem hidrogen di Belanda, dengan produksi hidrogen hingga 9 Juta m3/tahun. Hal ini menjadikan Belanda sebagai produsen hidrogen terbesar kedua di dunia yang didukung oleh posisi strategisnya di jantung infrastruktur hidrogen Eropa. Sinergi dan kolaborasi erat dengan Belanda berpotensi membantu Indonesia dalam akselerasi pengembangan ekosistem hidrogen.

Untuk membahas hal tersebut, Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Belanda bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag, dan Energy Academy Indonesia (ECADIN), menggelar Workshop bertajuk “Towards Hydrogen Economy: Lessons from the Netherlands”, yang merupakan implementasi dari program INTPF (Indonesia-Netherlands Technology Partnership Forum).

Secara khusus, acara ini bertujuan untuk mempelajari secara komprehensif terkait ekosistem hidrogen di Belanda, serta peluang implementasinya di Indonesia, mulai dari sisi kebijakan dan strategi, implementasi skala industri, hingga dukungan riset akademik terkait pemanfaatan hidrogen.

Acara ini diselenggarakan selama 2 hari, pada Rabu-Kamis, 26-27 Oktober 2022, yang berlokasi di Energy Academy Building, University of Groningen, Belanda. Di hari ke-2, juga dilakukan kunjungan ke Groningen Seaport-Eemshaven untuk melihat pemanfaatan hidrogen sebagai energi dan pendukung industri proses.

Pada hari pertama, diadakan workshop yang menghadirkan para pembicara dari Belanda dan Indonesia, yang diselenggarakan secara hybrid (online dan in-person). Bertindak sebagai moderator yaitu Prof. Bayu Jayawardhana (Director of Mechanical Engineering, Masters Programme, University of Groningen) dan Ryvo Octaviano (Technical Consultant Energy Transition, TNO Belanda).

Dalam sambutan awalnya, Ketua Panitia dan Founder ECADIN, Dr. Desti Alkano menyampaikan bahwa INTPF dimaksudkan sebagai platform yang memfasilitasi kerjasama antara pemangku kepentingan dalam bidang sustainable technology antara Indonesia dan Belanda. “Pada tahun ini INTPF fokus mengupas peran hidrogen dalam era transisi energi”, ujar Desti menjelaskan dalam sambutannya.

Acara secara resmi dibuka oleh Dubes H.E. Mayerfas yang juga menekankan bahwa hidrogen memiliki peran krusial dalam era energi berkelanjutan, serta berharap dapat tercipta kolaborasi global antara Indonesia dan Belanda dalam pengembangan ekosistem hidrogen. Dalam kesempatan ini, Bapak Dubes juga menyampaikan apresiasi terhadap para pihak yang terlibat dalam mensukseskan acara ini.

Sebagai pembicara utama adalah Hageng Nugroho (Senior Energy Advisor, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia) dan Carla Robledo (Senior Policy Advisor Hydrogen Team, Ministry of Economic Affairs and Climate Policy, Kingdom of The Netherlands). Menurut Hageng Nugroho, “Di era saat ini, hidrogen tidak hanya sebagai aset energi semata, namun harus dipandang sebagai future economic commodity. Presiden juga menekankan bahwa kolaborasi global untuk reduksi emisi karbon perlu terus diupayakan”. Menanggapi hal tersebut, Carla Robledo menyampaikan bahwa pada akhir 2022, Belanda akan meluncurkan Hydrogen Roadmap, dimana secara garis besar menjelaskan bahwa pengembangan hidrogen di Belanda telah diupayakan secara berkelanjutan melalui strategi di 3 area utama mencakup bidang supply (production & import), infrastruktur, dan international cooperation terkait rantai pasok (supply chain).

Dihadirkan pula Prof. Aravind Vellayani (Professor dan Chair of Energy Conversion, University of Groningen) serta Prof. Paolo Pescarmona (Program Director of Chemical Engineering, University of Groningen dan Partner of HydroHub). Kedua akademisi tersebut menjelaskan sisi keteknisan dari produksi dan pemanfaatan hidrogen serta profil ongoing research yang dilakukan oleh University of Groningen dan HydroHub. Secara khusus, Prof. Aravind Vellayani menjelaskan prinsip dan konversi hidrogen sebagai green energy carrier, serta upaya menuju comprehensive knowledge hub for hydrogen yang melibatkan sinergi keilmuan teknis dan sosial. Di samping itu, prinsip dan perbandingan teknologi electrolyzer, serta peran elektrokatalis dalam meningkatkan efisiensi proses, dijelaskan secara menarik oleh Prof. Paolo Pescarmona.

Dari sudut pandang industri, Lars de Groot (Managing Director, DEMCON Industrial Systems) menyampaikan peluang pemanfaatan hidrogen yang dilakukan oleh DEMCON, mencakup inovasi modular stack electrolyzer yang nantinya ditargetkan mencapai kapasitas 1 MW. Dijelaskan pula mengenai overview WAviatER project, dengan target implementasi teknologi hydrogen untuk Groningen Airport. Sementara, Tina T. Kemala Intan, (Director of Human Resources, Governance and Risk Management PT Pupuk Indonesia), menyampaikan roadmap transformasi human capital dari PT Pupuk Indonesia menuju penerapan green ammonia 2040-2050, mengingat bahwa Pupuk Indonesia adalah perusahaan pupuk terbesar di Asia Tenggara yang perlu melakukan Langkah terkait sustainability.

Eddie Lycklama a Nijeholt (Project Director of Hydrogen Backbone, GasUnie) juga menyampaikan bahwa inovasi dan kolaborasi menjadi kunci bagi industri untuk beradaptasi dengan meningkatnya demand hidrogen ini. Sebagai contoh, GasUnie aktif berpartisipasi dalam proyek kolaboratif di sekitar Belanda dengan mengutamakan integrasi sistem. Lebih lanjut, GasUnie menjelaskan roadmap penyediaan 660 km integrated hydrogen pipeline grid, dimana 490 km direncanakan dari konversi pipa gas eksisting dan tambahan 170 km jaringan perpipaan baru.

Sementara, di hari kedua, para peserta berkesempatan melakukan site visit (on-site tour) dan diskusi dengan pengelola dan industri di kawasan Groningen Seaport, Eemshaven. Kunjungan dimaksudkan sebagai benchmarking terkait pelabuhan yang menjadi hub transportasi, logistik, dan energi secara terintegrasi. Diharapkan pelabuhan ini dapat memberi inspirasi bagi sustainable seaport di Indonesia yang nantinya dapat mencakup rantai pasok global hydrogen, sesuai harapan Bapak Dubes Mayerfas yang ikut mendampingi kunjungan ini.

Eric Bertholet (Business Manager Offshore Wind, Groningen Seaports) menjelaskan fasilitas serta stakeholder yang terlibat di Groningen Seaport serta tahapan pengembangan Groningen Seaport. Kawasan ini sebagian energinya telah ditopang oleh offshore dan onshore wind turbine, yang didukung oleh monitoring dan penyimpanan energi yang terintegrasi. Dalam tahun-tahun mendatang, bahkan telah disiapkan sejumlah lahan bagi electrolyzer untuk menghasilkan green hydrogen. Penjelasan dilanjutkan oleh Chris Scheerder (Plant Manager, RWE) utamanya terkait transformasi dan target/strategi produksi hidrogen. Upaya dekarbonisasi RWE melalui proyek ‘BECCUS’ juga dijelaskan secara lebih lanjut.

Kunjungan juga dilakukan ke Engie untuk melihat perencanaan proyek hidrogen yang sedang/akan diinisiasi, selain juga melihat secara langsung operasi eksisting dari Combined Cycle Power Plant (1,8 GW). Harry Talen (Plant Manager Gas Fired Power Plants NL, Engie) menyampaikan bahwa saat ini Engie juga berfokus pada: pembangkitan dengan low CO2 (dekarbonisasi), large scale storage dan hibridisasi pembangkit, serta terlibat pada produksi hidrogen dan green fuel.

Perlu disadari bersama bahwa, peran hidrogen sebagai energy carrier akan semakin krusial di masa mendatang, baik di sector pembangkitan energi, mobility/transportasi, maupun sustainable aviation system. Besar harapan bagi Indonesia untuk segera menciptakan ekosistem hidrogen agar keekonomian semakin menarik, sehingga keterlibatan pemangku kepentingan terkait dapat terus dioptimalkan.

Menutup rangkaian acara INTPF 2022, Raymon Frediansyah, selaku Ketua IA-ITB Belanda menyampaikan bahwa INTPF akan terus didorong secara rutin agar dapat berkontribusi dalam pemecahan masalah nasional, khususnya di bidang teknologi dan sustainability. ***(AIM).

Share this article

Related Articles