Ecadin

GAMBAR: ENERGI NASIONAL

Ketersediaan stasiun pengisian daya menjadi aspek penting dalam menghadapi pertumbuhan kendaraan listrik yang semakin meningkat. Oleh karenanya, menjadi penting untuk berinovasi dalam mengembangkan stasiun pengisian daya yang efisien dalam penggunaan energinya.

Proyeksi Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai di Indonesia

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan EV adalah ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang memadai. Proyeksi di bawah ini menggambarkan pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia sampai dengan tahun 2030. Sampai dengan Juli 2022, jumlah Kendaraaan Berbasis Listrik (KBL) roda 4 di Indonesia sebanyak 2,654 unit dan roda 2 sebesar 19,698 unit.

Tandem PLTS Atap dan SPKLU

Dalam rangka mengembangkan SPKLU yang menggunakan energi secara efisien, dapat dibangun stasiun pengisian yang dikombinasikan dengan pembangkit EBT. Dari beragam pembangkit EBT, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dapat dipilih untuk digunakan bersama dengan SPKLU.

Hal tersebut dikarenakan PLTS bersifat fleksibel, mudah dioperasikan, dan harga teknologinya semakin menurun dan kompetitif. PLTS dapat dipasang pada struktur atap dari sebuah SPKLU atau bangunan di dekatnya, dengan luasan yang menyesuaikan kebutuhan SPKLU dan anggaran biaya.

Vehicle to Grid (V2G)

Selain dikombinasikan dengan pembangkit EBT, konsep menarik lainnya dari pengembangan SPKLU adalah Vehicle-to-grid (V2G). Ide dasar dari V2G adalah listrik yang idle – yaitu energi listrik yang tidak terpakai saat KBLBB tidak digunakan – dapat dikirimkan kembali ke jaringan listrik atau grid.

Listrik dari KBLBB dapat membantu stabilitas grid (misalnya voltage control atau regulasi frekuensi), ataupun suplai listrik dalam keadaan darurat. Pemilik mobil juga akan mendapat keuntungan dari suplai yang diberikan. Secara hardware, V2G membutuhkan bi-directional charger yang dapat mengalirkan listrik baik dari grid ke mobil maupun dari mobil ke grid.

NUUVE, sebuah perusahaan yang bergerak dalam teknologi V2G telah melakukan layanan regulasi frekuensi untuk operator jaringan di Denmark yaitu Energinet selama 5 tahun berturut-turut. Tidak hanya NUUVE, armada kendaraan listrik Frederiksberg Forsyning–sebuah perusahaan utilitas air dan gas kota di Denmark–juga mulai mengaplikasikan sistem V2G pada September 2016. Berikut merupakan Value System Analysis dari sistem V2G yang diterapkan oleh NUUVE dan Frederiksbjerg Forsyning (FF) di Denmark.

NEAS berperan sebagai energy trading company yang sekaligus berperan sebagai Balancing Responsible Party (BRP) yaitu pihak yang menerima pembayaran dari grid operator. NEAS membayar NUUVE sesuai data energi agregat dari charger bermerek “Enel”. Charger bermerek “Enel” ini adalah bi-directional charger yang menyalurkan daya dari grid ke mobil maupun dari mobil ke grid dalam sistem V2G.

Frederiksbjerg forsyning sebagai pemilik armada kendaraan listrik, membayar listrik yang digunakan untuk mengisi mobilnya, namun juga menerima penghasilan dari regulasi frequency yang dilakukan dengan kontribusi energi dari mobilnya.

Related Articles